Selamat Tinggal Tahun 2022, Selamat Datang Tahun 2023

Oleh : Imam Robandi

Titi yoni ganda yoni tri sunthi winayan jati. Saya mungkin sedang memaksa otak kanan saya untuk melabuh di tempat yang hening. Sebuah sudut bumi yang mungkin banyak  orang tidak menyuka, mungkin karena terlalu sepi,  namun di tempat seperti  ini telinga dan hati kita dapat menyerap apa saja secara maksimal. Kulitpun dapat menyensor segala dimensi yang tidak dapat terukur secara empirik di dunia perhitungan matematika sebab akibat. Frank Lewis telah menyampaikan dalam  bukunya  bahwa nilai Eigen di sebelah kanan sumbu nyata adalah mubadzir, tetapi alam masih banyak yang belum tersentuh oleh teori kestabilan ruang keadaan  Lyapunov itu.

Malam hari ini saya  di lereng Gunung Slamet, udara terasa sejuk,  sesekali bunyi  ayam alas dan garengpung di pepohonan. Orang ngganteng-ngganteng dan cantik-cantik  pelancong dari Jakarta, Semarang, Jogja,  dan Bandung  berhamburan memadati semua penginapan di lereng Slamet ini.   Wisatawan dari Surabaya termasuk minoritas, mungkin mereka lebih  menumpuk di Malang dan Bali, atau mungkin sedang menikmati kesejukan  Bromo  Tengger.

Okey, Baturraden adalah  sangat mempesona, letaknya di lereng Gunung Slamet yang menyimpan keindahan nan  memukau. Saya sengaja  menyepi sejenak untuk menikmati malam dan memilih Baturaden yang agak bawah, ya sekitar 514 mdpl,  dan yang penting untuk  sementara  melupakan Surabaya yang hingar bingar dan serba hitungan matematika.

Ini adalah hari pertama Tahun 2023, tentu dengan banyak harapan baru. Tahun lalu  ditutupi oleh Messi Dancing dengan menggulung  Prancis secara gemilang. Panggilan  cebong, celeng, kadrun, kampret sudah hilang semua setelah hiruk pikuk Qatar menghegemoni dunia. Berita tentang masa jabatan presiden tiga kali dan menunda pemilu masih kalah heroik dengan berita sepatu emas Mbappe. Berita tulisan dan video  yang copypaste sana-sini telah membanjiri tahun 2022, yang dalam hati selalu ditanyakan, ‘apa tidak dapat membuat tulisan sendiri’, atau terlalu sibuk dengan  menyebar luaskan ‘war, wer, wur’ video antah berantah, atau  apakah  tidak dapat membuat video sendiri yang lebih terjamin keakuratan dan keasliannya. Mungkin di dalam hatinya akan mengatakan, ‘saya tidak semampu mereka’, atau dalam bahasa Kebumen, ‘hanamung derek pejah gesang’, sehingga apa saja harus copypaste. No days without copypaste, ini akan semakin semarak di 2023 ini, oleh yang tidak mengenyam sekolah atau pun yang gelarnya berjajar seperti  deret hitung. Semboyannya adalah, ‘asal cocok, sebar’.

Memang, semakin hari semakin banyak gelar-gelar berhamburan di tengah masyarakat. Mau gelar profesor kehormatan, mau gelar doktor honoris causa, mungkin  mau gelar apa lagi, yang semua sudah tersedia dengan sangat mudah. Tidak perlu jatuh bangun bertahun-tahun mengajar ini itu, membuat silabus, membuat capaian pembelajaran, tidak perlu mumet membuat capaian rumpun mata kuliah setiap semester,  tidak perlu banting otak dan otot leher  untuk membuat proposal  penelitian dan perlu  jungkir balik mengatur otak kiri kanan menjebol gawang Scopus Q1. Gelar profesor kehormatan dan doktor honoris causa sering menjadi sajian kebahagian sebagian  kampus di negeri ini. Memang berat, dan kata Kang Arjo, yang sudah banyak  tahun prihatin  bersekolah dan gagal memperoleh gelar doktor,  pulang ke tanah air  hanya membawa baju kenangan tahan salju dan  oleh-oleh coklat almond untuk keluarganya.

Merdeka belajar di kampus merdeka sedang mengloria untuk yang sepaham atau yang masih mengotak-atik rumus.  Seberapa bebas  dan merdeka dalam belajar, tanya banyak  mahasiswa ke saya. Sebebas kamu memilih matakuliyah, sebebas kamu memahami materi kuliyahnmu,  sebebas kamu memahami masa depanmu, dan sebebas kamu ikut memikirkan masa depan bangsamu, jawab saya.

Mahasiswa itu menjawab, ‘saya tidak paham yang bapak katakan’.

Memang ada harapan  yang cerah di tahun 2023, dan memang harus cerah.  Gemericik air sungai nan bening di lereng Gunung Slamet  itu telah mengingatkan saya  sebuah negeri yang loh jinawi. Indonesia memang ‘ngayemi’.  Airnya jatuh menyentuh bebatuan berbunyi lirih serentak harmoni dan sunyi.  Seperti saya sedang memandang Island Peak dan Mera Peak di seberang sana.  Mungkin begitu.

Malam ini saya merasakan,  air bening gemericik  dari Lereng Slamet itu, yang mungkin sedang mengatakan ke saya, ‘imam robandi ohisashiburi’.

Jan. 1, 2023