Oleh : Retno Kuntjorowati, Kota Cirebon
Sebagian besar santri IRo maupun personal di luar IRo yang biasa mengikuti Kajian Spesial Jum’at Malam (KSJM) bertanya-tanya, karena sampai dengan hari Kamis 5 Januari 2023 belum ada tanda-tanda akan dilaksanakan KSJM pekan ini. Kami sempat ‘berbisik-bisik’ melalui japri, mungkin KSJM pekan ini libur karena Prof. Imam sedang banyak keluar kota. Haa….. ternyata no, no, no! Pukul 3.32 PM (pukul 15.32 WIB) beberapa santri IRo yang termasuk OC dan SC KSJM pekan ini menerima chat langsung dari Prof. Imam berisi tugas untuk menyelenggarakan KSJM ke-150 pada Jum’at 6 Januari 2023. Wow, kami diberi waktu 26 jam untuk mempersiapkan KSJM.
Tema KSJM ke-150 mengawali Tahun 2023 adalah Elegansi Pendakian Gunung Lawu dengan invited speaker Maz Ediz seorang pendaki gunung dan sekaligus youtuber kondang dari Surabaya. Begitu tugas disampaikan kami langsung bergerak. Dr Rini (Malang) membuat desain flyer, Bu April (Kalsel) membuat grup panitia KSJM ke-150. Petugas CP yaitu Bu Syoni (Sumbar), Bu Umi (Kaltim), dan Bu Sayidah (Jateng) langsung bergerak mendaftar peserta. Petugas among tamu, sambutan OC, sambutan peserta, dan pembuat konklusi segera ditentukan. Semua dikerjakan dengan ekstra cepat dan gembira. Grup panitia langsung rame, semua langkah dirembug di grup. Wah seru! Personal panitia yang terdiri dari berbagai profesi, adalah orang-orang yang banyak tugas. Bu Rini sore itu baru datang dari bertugas di Jakarta. Bu Izzuki sedang bersiap menginap untuk persiapan visitasi akreditasi rumah sakit. Bu April sedang menyusun usulan anggaran sekolah. Meskipun demikian tidak ada yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Ini adalah keelokan IRo-Society, Prof. Imam selalu menekankan agar kami dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Semakin repot seseorang, maka akan semakin dapat menyelesaikan pekerjaan dengan optimal.
Prof. Imam Robandi yang sudah hadir sejak awal, menyampaikan keynote speechnya setelah Bu Rahmah Mustikawati sebagai among tamu menyapa yang hadir. Beliau sengaja menghadirkan Maz Ediz untuk memaparkan betapa menyenangkan dapat mendaki Gunung Lawu yang fenomenal. Menurut beliau, masyarakat Indonesia ini masih parah, kita belum dapat menjaga kelestarian dan keindahan alam dengan baik. Sampah masih banyak yang dibuang begitu saja ke sungai, di tempat wisata alam, dan juga di gunung-gunung. Pohon banyak yang ditebangi, sehingga, lingkungan sekitar menjadi tidak rindang. Di Jawa Tengah terdapat banyak gnung antara lain Gunung Lawu, Gunung Sumbing, Gunung Slamet, Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Sindoro, dan Gunung Prau. Sayang belum banyak orang yang rumahnya dekat dengan gunung, tetapi tidak berkeinginan mendaki gunung untuk menikmati keindahannya. Seperti ayam mati di lumbung padi, demikian seloroh Prof. Imam.
Menurut Prof. Imam, Gunung Lawu merupakan gunung yang menarik karena sejarahnya yang panjang. Gunung ini di masa lalu merupakan tempat untuk ‘menyepi’ para punggawa kerajaan Majapahit. Ada beberapa jalan untuk menuju puncak Gunung Lawu antara lain adalah lewat Cemorokandang dan Candi Cetho di Kab. Karanganyar, dan Cemorosewu dan Singolangu di Kab. Magetan. Jika pendakian dimulai dari Cemorosewu, saat mendekati puncak kita dapat singgah di warung ‘Hargo Dalem’ milik Mbok Yem yang cukup terkenal. Menu favorit adalah pecel, soto, mie instant, dan gorengan.Warung ini merupakan warung tertinggi di Pulau Jawa, dengan ketinggian 3150 mdpl. (ketinggian puncak Gunung Lawu 3265 mdpl). Mbok Yem yang asli Magetan ini hanya satu tahun sekali dia turun dan pulang kampung saat lebaran.
Sehebat apapun pengalaman mendaki gunung jika dibayangi rasa takut, maka semua akan blank, demikian tutur Prof. Imam. Di Jepang anak-anak dari kecil dilatih untuk naik gunung walau pun hanya di base campa. Sedangkan kita yang dekat dengan gunung, sebagian besar tidak pernah berkeinginan naik gunung.
Di akhir sambutannya Prof. Imam menghimbau agar kita mengusahakan gunung menjadi milik kita, artinya kita harus ikut merawat.
Bu Arum Dyah dari Karanganyar sebagai moderator dengan ‘manis’ memandu perbincangan dengan Maz Ediz. Bu Arum beberapa waktu lalu telah ‘mencoba’ mendaki Bukit Mongkrang yang ‘berdekatan’ dengan Gunung Lawu bersama tim Prof. Imam. Maz Ediz sampai saat ini telah mendaki 150 gunung di Jawa, Bali, dan Lombok. Maz Ediz adalah nama ‘panggung’ dari Edi Santoso. Akronim Maz Ediz merupakan visi misi dari Edi Santoso, yang kepanjangannya adalah Madrasah Akhir Zaman, Edukasi Intelektual dan Idealizing.
Hobi mendaki gunung yang saat ini ditekuni oleh Maz Ediz bermula dari ‘terjebak teman’. Ketika temannya mengajak untuk mendaki, dia langsung setuju. Dia mengira mendaki gunung itu sederhana saja, asal berangkat. Ternyata dari teman tersebut dia baru menahu bahwa mendaki gunung memerlukan persiapan yang cukup rumit. Semua serba direncanakan, beban yang dibawa maksimal 30 % dari berat badan, perlengkapan dipersiapkan dengan penuh perhitungan terutama logistik, pemilihan barang yang dibawa, dan masih banyak lagi ketentuan yang harus diikuti.
Gunung Lawu memang gunung yang unik dan bersejarah, dan Maz Ediz berbagi pengalamannya karena dia pernah menginap sendirian di Pasar Dieng. Ternyata Pasar Dieng hanya nama untuk sebuah tempat yang berupa tanah datar yang berpermukaan batu. Di lokasi terdapat beberapa batu yang ditumpuk ke atas (yang ini Maz Ediz ikut membuat juga). Cerita yang dihembuskan terutama oleh ‘penunggu’ tanah tersebut adalah bahwa pasar tersebut adalah pasar para dedemit penghuni Gunung Lawu. Kemudian jika malam tiba pada saat tertentu terdengar irama gamelan yang sayup-sayup dan dianggap sebagai suara gaib. Maz Ediz sudah membuktikan dengan cara merekam, ternyata suara gamelan tersebut berasal dari penduduk di bawah yang sedang hajatan. Speaker selalu dihadapkan ke arah gunung sehingga terdengar sampai ke atas. Menurut Prof. Imam yang ‘masa kecilnya di gunung’, semua warga sekitar gunung yang sedang pesta hajatan speaker musik selalu dihadapkan ke gunung. Secara teori suara akan dipantulkan oleh badan gunung sehingga suara terdengar lebih keras dan menyampai ke tempat yang jauh. Wow!
Biasanya Maz Ediz menuju lokasi pendakian Gunung Lawu bersama tim terkadang menumpang kendaraan umum. Yang paling sering adalah naik motor, karena lebih asyik. Sebenarnya perjalanan menuju lokasi base camp adalah lebih berbahaya dibanding proses pendakian. Saran sebelum mendaki adalah mencari referensi terlebih dahulu tentang gunung tersebut. Badan dan stamina harus kuat, dan yang tidak kalah penting adalah menyiapkan logistik yang cukup. Di Gunung Lawu pendaki dapat menyewa porter untuk membantu membawa bawaan, sehingga dapat berjalan lebih mudah dan tidak capai karena tubuh tidak dibebani. Maz Ediz menyarankan untuk pemula sebaiknya tidak langsung mendaki Gunung Lawu melainkan mencoba dulu mendaki Bukit Mongkrang 2200 mdpl yang berdekatan dengan Gunung Lawu. Jika lulus baru dilanjutkan dengan pendakian Gunung Lawu.
Lokasi awal pendakian yang favorit adalah Cemorosewu di Sawangan, yang sudah cukup tinggi. Untuk mencapai puncak terdapat beberapa pos yang berupa tanah datar, berfungsi untuk beristirahat dan membuka tenda, ada sumber air dan toilet, dan di pos tertentu ada juga warung. Dari pos 1 menuju pos 2 jalanan masih landai. Mulai pos 2 ke atas jalanan mulai menanjak. Menurut Maz Ediz tidak perlu khawatir karena jalan yang menanjak tersebut berupa batu yang bertrap sehingga tidak terlalu sulit. Hanya nanti mendekati puncak tanjakan tidak berupa trap. Di pinggir jurang tertentu juga terdapat pagar pengaman. Mulai pos 3 sudah terlihat bunga edelweiss yang hanya dapat dijumpai di pegunungan yang cukup tinggi, dan bunga manisrenggo. Ketika ada peserta zoom menanya apakah di pendakaian ada toilet, Maz Ediz menjelaskan bahwa semua tempat adalah toilet. Wow! Orang dapat membuat lubang kemudian menutupi tubuh dengan payung untuk ‘bersembunyi’ atau tenda toilet jika di perjalanan mendaki ingin BAK atau BAB.
Mendaki untuk mencapai puncak Gunung Lawu dapat dilakukan tanpa menginap. Pendakian tidak terlalu memerlukan persiapan logistik. Pendaki mulai start pagi hari dan akan sampai ke tempat awal pendakian lagi sekitar pukul 18 – 19 WIB. Maz Ediz juga menyampaikan beberapa tips untuk pendakian. Antara lain tempo berjalan harus diatur (sekitar 50 langkah per menit), memilih membawa peralatan yang bebannya ringan, dan tidak terlalu banyak minum. Saat mendaki sebaiknya tidak mengenakan jaket. Jaket hanya dipakai saat tidak sedang berjalan. Berbicara tentang nyasar ketika mendaki gunung, kemungkinan nyasar cenderung pada saat turun. Secara teori jalan menuju turun itu semakin ke bawah, medannya semakin luas, sehingga semakin banyak yang dapat dilewati dan membuat orang nyasar. Jika seorang pendaki lepas dari rombongan, mental tidak boleh down kemudian panik. Ada dua cara jika terjadi nyasar. Cara pertama adalah kembali naik ke puncak, sebab di puncak banyak kemungkinan akan bertemu orang. Cara kedua dengan terus berjalan turun dan berusaha untuk bertemu perkampungan penduduk. Oleh sebab itu untuk pemula disarankan untuk menyiapkan fisik dengan baik dan membawa pendamping.
Maz Ediz sudah 9 kali mendaki Gunung Lawu dan berhasil mencapai puncak. Setiap sampai di puncak dia berpoto dan membuat kode dengan jari, yang menunjukkan saat itu pendakian yang ke berapa. Wah, teliti dan keren. Dia pernah satu kali nyasar yang disebabkan salah jalan padahal mengikuti tanda panah yang dipasang. Waktu pendakian paling asyik untuk menikmati keindahan Gunung Lawu dan juga gunung lain di Indonesia adalah pada akhir musim hujan sebelum musim kemarau. Kehijauan tanaman dan padang rumput masih dapat dinikmati. Selain itu juga belum banyak terdapat debu di jalur pendakian.
Perbincangan tentang keindahan pendakian Gunung Lawu malam itu semakin seru. Prof. Imam yang sudah beberapa kali mengunjungi gunung-gunung di Jawa Tengah dan Jawa Timur nampak asyik berdiskusi dengan Maz Ediz. Ditambah lagi dengan cerita pendakian dari Dr Indra Bachtiar yang juga seorang pendaki dan baru saja turun dari Namche Bazaar dan Everest Base Camp. Hadir juga siswa-siswa peserta ekskul pecinta alam dari Cileungsi dan Colomadu yang sangat ingin mendengar langsung tentang pendakian dari Maz Ediz. Banyak sekali pengetahuan tentang mendaki Gunung Lawu yang disampaikan oleh Maz Ediz dengan pemasaran dan perbincangan. Malam itu juga langsung pak dokter Sarjana ditunjuk sebagai koordinator acara rencana pendakian Gunung Lawu yang akan diikuti oleh santri IRo-Society. Maz Ediz meyampaikan siap untuk memandu para sahabat IRo yang akan mendaki untuk menikmati keindahan Gunung Lawu. Semoga semuanya sehat dan rencana ini dapat terealisasi. Aamiin.
Gunung Lawu, tunggu kami di alammu yang dirindu.
Cirebon, 8 Januari 2023